Industri properti mulai kembali menggeliat belakangan ini. Setelah sebelumnya, bidang ini cukup lama lesu sepanjang pandemi. Saat ini, metode virtual tour open house vs traditional open house menjadi perbincangan.
Sebelum memahami kedua metode open house ini, mari mengulas pentingnya open house. Dapat dikatakan, bahwa kegiatan ini adalah ritual wajib bagi mereka yang berencana ingin membeli rumah. Apa itu open house dan apa pula pentingnya?
Dalam proses pembelian rumah, open house adalah kesempatan bagi calon pembeli mengecek langsung bangunan yang akan ia miliki.
Proses ini penting, karena menjadi kesempatan untuk mengumpulkan informasi untuk membuat keputusan pembelian. Oleh karena itu, calon pembeli perlu memilih metode yang paling sesuai baginya.
Sebelum teknologi semakin berkembang, proses ini berjalan secara tradisional, yaitu calon pembeli akan datang langsung ke lokasi. Masuk ke dalam bangunan, mengecek, dan merasakan langsung kesannya.
Namun, sejak teknologi semakin modern, kegiatan ini berubah menjadi virtual. Calon pembeli cukup menyaksikan video rekaman rumah dan bangunan untuk melakukan pengecekan. Pengembang biasanya menyediakan virtual tour pada website resmi.
Lantas, bagaimana perbandingan antara kedua metode ini? Berikut ini penjelasan kelebihan dan kelemahan dari tiap metode:
Pertama adalah mengenai kelebihan. Tentu saja, kelebihan dari metode ini adalah calon pembeli tidak perlu datang langsung ke lokasi. Ini adalah metode terbaik bagi mereka yang ingin membeli rumah yang lokasinya jauh dari domisili saat ini.
Misalnya, saat ini calon pembeli berada di Kota Cirebon dan ingin membeli rumah yang berlokasi di Kota Tangerang. Orang tersebut tidak perlu mengeluarkan biaya ekstra untuk datang ke lokasi. Ia dapat mengunjungi rumah tersebut secara virtual.
Di sisi lain, metode ini juga memiliki kelemahan. Membandingkan virtual tour open house vs traditional open house, ketika hadir secara virtual, calon pembeli tidak bisa mengorek informasi dari para tetangga.
Padahal, informasi semacam ini cukup penting untuk menambah bahan pertimbangan. Misalnya, apakah ada bentuk-bentuk keramaian tertentu yang akan mengganggu kenyamanan penghuni rumah.
Selanjutnya adalah kelebihan dari metode tradisional, yaitu ketika calon pembeli datang langsung ke lokasi rumah. Selain dapat mengorek berbagai informasi langsung dari para calon tetangga, ada hal lain yg menjadi kelebihan.
Calon pembeli dapat merasakan kesan langsung ketika masuk ke bangunan. Menyentuh tembok dan ubin untuk mengecek dan memastikan kualitasnya. Hal ini tidak dapat calon pembeli lakukan ketika hadir hanya secara virtual.
Selanjutnya, membandingkan virtual tour open house vs traditional open house, kelemahan metode tradisional adalah dalam hal waktu dan biaya. Selain itu, calon pembeli perlu membuat dokumentasi sendiri.
Dokumentasi tersebut antara lain memotret dan membuat video dokumentasi. Data ini akan bermanfaat ketika calon pembeli ingin memeriksa ulang. Namun, hal semacam ini tidak perlu calon pembeli lakukan, jika melakukannya secara virtual
Terlepas dari metode apa yang akan digunakan, calon pembeli perlu membuat daftar mengenai detail informasi apa saja yang akan dikumpulkan. Calon pembeli sebaiknya membuat daftar sedetail mungkin dengan metode apapun yang kemudian dipilih.
Misalnya, mengenai detail luas tanah dan bangunan serta bahan bangunan, seperti batu bata atau hebel. Hal lain, misalnya kualitas cat, besaran daya listrik, hingga sumber air bersih.
Baik menggunakan virtual tour open house vs traditional open house, calon pembeli akan perlu mencari tahu fasilitas apa saja yang tersedia. Contohnya adalah berapa jarak ke transportasi umum, fasilitas beribadah, atau club house.
Apabila Anda sebagai pembeli memilih metode virtual, pastikan jasa yang Anda manfaatkan juga membawa Anda ke fasilitas-fasilitas tersebut. Dengan demikian, sebagai calon pembeli, Anda tetap dapat mengeceknya dengan detail.
Di sisi lain, apabila Anda adalah orang yang ingin memasarkan rumah, terdapat manfaat tersendiri yang dapat Anda tuai dengan metode virtual. Berikut ini adalah gambarannya untuk Anda:
Seperti bahasan sebelumnya, membandingkan virtual tour open house vs traditional open house. Dengan metode virtual yang memanfaatkan perkembangan teknologi, para pemasar atau penjual dapat menjangkau lebih banyak calon pembeli.
Tak hanya para pembeli yang berlokasi dekat dan dapat datang langsung ke lokasi. Open house virtual memungkinkan calon pembeli yang jauh menyaksikan hingga timbul keinginan untuk membeli.
Manfaat berikutnya adalah kesempatan bagi pemasar untuk menyediakan informasi selengkap mungkin. Saat datang langsung ke lokasi, calon pembeli bisa saja terlewat untuk mengecek suatu hal.
Maka, virtual tour yang tersedia dapat mengulas detail informasi yang bermanfaat bagi calon pembeli. Lengkapnya informasi tentu akan mendukung untuk pembuatan keputusan pembelian.
Hal berikutnya ketika membandingkan virtual tour open house vs traditional open house, metode virtual dapat meningkatkan daya saing. Hal ini akan menciptakan kesan modern dan mengikuti perkembangan zaman.
Dengan demikian, kepercayaan calon pembeli akan meningkat. Ini adalah kelebihan tersendiri yang akan membuat pemasar maupun pengembang mampu bersaing di tengah industri properti yang ketat.
Pembuatan open house virtual juga tentu tidak terlalu mudah. Video maupun foto yang tersedia tidak hanya harus informatif. Syarat berupa standar lain seperti kualitas dan kejernihan video tak kalah penting.
Oleh karena itu, pemasar maupun pengembang dapat memertimbangkan penyedia jasa virtual tour dari Pointbox. Untuk memanfaatkan jasa semacam ini, sebaiknya juga mempertimbangkan harga jasa virtual tour.
Membandingkan virtual tour open house vs traditional open house memang tidak akan ada habisnya. Setiap metode memiliki kelebihan dan kelemahannya masing-masing. Namun, jika ingin lebih hemat budget pemasaran dan menjangkau target pasar yang lebih luas, Anda bisa mempertimbangkan virtual tour open house.