Metavers belakangan ini jadi bahan perbincangan yang cukup hangat. Dunia virtual satu ini memungkinkan objek apa saja untuk masuk dan dibuat versi digitalnya, bahkan termasuk Ka’bah. Teknologi VR untuk Ka'bah nantinya bisa diakses oleh banyak orang.
Lewat teknologi VR ini memungkinkan siapa saja melakukan kunjungan secara virtual tanpa harus pergi ke Mekah. Namun nyatanya keputusan memasukkan Ka’bah ke dalam Metaverse memunculkan kontroversi terhadap pro dan kontra.
Proyek ini diluncurkan oleh Syeikh Abdurrahman Sudais yang merupakan Imam Besar Masjidil Haram. Bukan tanpa sebab, ide ini direalisasikan sebagai upaya digitalisasi peninggalan sejarah besar yang sangat penting bagi umat Islam (sumber: CNBCIndonesia).
Siapa saja nantinya bisa mengunjungi berbagai objek penting termasuk Ka’bah, Hajar Aswad dan objek lainnya secara virtual lewat Metaverse. Tentu saja prosesnya akan memanfaatkan sistem teknologi VR untuk Ka'bah yang telah terintegrasi.
Metavers yang diakses menggunakan VR ini juga bisa digunakan untuk latihan manasik tanpa harus keluar rumah. Setiap calon jemaah haji nantinya bisa mengaksesnya berulang kali secara gratis secara langsung.
Simulasi haji dan umrah secara keseluruhan bahkan bisa dilakukan lewat teknologi satu ini. Tentu saja tuntunannya akan disesuaikan secara sempurna sesuai dengan tata cara dan rukun haji sesuai syariat.
Metaverse sudah banyak diketahui sebagai dunia virtual yang mampu menampung banyak objek sekaligus sehingga mirip dengan kehidupan asli. Berbagai objek kini sudah banyak dimasukkan agar menambah kesan lengkap dan lebih hidup.
Tidak hanya objek bangunan atau peralatan biasa, bahkan Anda memungkinkan untuk membuat versi lain dari diri sendiri sebagai objek Metaverse. Didalamnya juga sudah ada yang membuktikan bisa beraktivitas layaknya di dunia nyata.
Jelajah dunia dengan citra yang cukup menyegarkan ini membuat sebagian besar penggunanya betah berlama-lama menjelajahi dunia virtual. Bahkan tidak sedikit juga yang menggunakan dunia virtual ini sebagai dunia penyimpanan versi digital.
Akses masuk yang mudah dan bisa dilakukan lewat perangkat apa saja menambah kemudahan bagi para pengguna. Walaupun mengaksesnya masih terbatas harus memiliki kacamata VR/AR, namun tidak menutup kemungkinan penggunanya akan semakin bertambah di masa yang akan datang.
Dunia Metaverse yang diakses menggunakan teknologi VR memungkinkan pengunjungnya untuk merasakan pengalaman menjelajah dunia virtual secara real. Berbagai Landmark bahkan bisa dikunjungi dengan mudah.
Rencana Ka’bah yang akan dimasukkan dalam dunia virtual ini diharapkan bukan hanya jadi objek biasa. Melainkan jadi sarana pembelajaran sekaligus jejak digital permanen yang bisa dikunjungi oleh orang bahkan selain umat muslim.
Objek sebagai jejak digital dan media pembelajaran itu apa? Hal ini dimaksudkan sebagai rekam jejak adanya peradaban Islam dalam dunia virtual. Semua orang bisa menjelajah jejak peradaban yang hingga saat ini masih ramai dikunjungi dan dimanfaatkan sebagai media beribadah.
Tidak hanya itu objek Ka’bah dan sekitarnya dihadirkan sebagai objek pembelajaran. Lagi-lagi hal ini tidak hanya dimaksudkan untuk orang muslim saja tapi juga semua orang yang ingin berkunjung ke Ka’bah versi Metaverse.
Teknologi VR telah banyak digunakan pada beragam sektor baik bisnis, kesehatan, pendidikan bahkan untuk mengakses dunia virtual Metaverse. Khususnya untuk Ka’bah di Metaverse, berikut fungsi penggunaan teknologi VR.
Pertama, VR digunakan sebagai media visualisasi konsep abstrak kode komputerisasi menjadi konsep konkret. Perlu dipahami setiap visualisasi digital memerlukan kode atau koding tertentu yang cukup abstrak untuk menjadikannya suatu objek.
Termasuk dalam proses pemasukan Ka’bah sebagai objek di Metaverse. Terdapat sistem binari hingga sistem lainnya yang perlu bekerja sedemikian rupa. VR jadi salah satu teknologi yang akhirnya memungkinkan siapa saja melihat jelas bagaimana bentuk Ka’bah dalam dunia Metaverse.
Tidak kalah penting, VR juga jadi salah satu media uji coba oleh pengembang. Uji coba tentu harus dilakukan untuk mengetahui hasil analisis dan pengembangan proyek Ka’bah Metaverse. Pengembang juga menggunakan media visual yang sama dengan calon penggunanya.
Tidak hanya sistem yang di uji tapi pengalaman visual juga ikut di uji. Sistem yang diterapkan harus bekerja dengan baik. Sistem yang baik nantinya akan mengarah pada jelas hingga detailnya objek yang sedang dikembangkan.
Pada tangan pengguna, VR dijadikan media saat ingin mengunjungi dunia virtual Metaverse. Anda tidak akan bisa mengunjungi Metavers khususnya Ka’bah bila tidak menggunakan teknologi satu ini. Jadi penggunaannya merupakan suatu kewajiban.
Hingga saat ini belum ditemukan cara lain yang memungkinkan seseorang mengunjungi Metaverse tanpa teknologi VR atau AR. Teknologi inilah yang jadi kunci utama bagi Anda bila ingin mengunjungi objek Ka’bah nantinya.
Teknologi VR untuk Ka'bah full juga digunakan untuk menghadirkan versi paling nyata dari objek di Metaverse. Siapa pun pengunjungnya akan bisa menikmati versi nyata objek baik dua dimensi hingga 3 dimensi.
Penggambaran versi sederhana mungkin sudah lumrah diselami oleh Anda. Baik dari pencarian internet biasa dalam bentuk gambar atau visualisasi video yang banyak beredar dan bisa diakses setiap harinya. Namun pengalaman versi nyata hanya akan bisa dinikmati bila menggunakan VR.
Terakhir, teknologi VR juga memungkinkan pengguna untuk menikmati pengalaman yang lebih interaktif. Saat mengunjungi Ka’bah versi Metaverse Anda akan menikmati pengalaman visual sekaligus audio yang cukup memikat.
Apalagi bila digunakan sebagai metode manasik haji, maka kedua elemen ini cukup penting dihadirkan. Elemen audio visual kini bisa dihadirkan langsung lewat penggunaan set teknologi VR saat mengunjungi Metaverse.
Memasukkan Ka’bah sebagai salah satu objek di Metaverse memunculkan banyak kontroversi. Akhirnya banyak pihak yang mempertanyakan apakah dengan kehadiran Ka’bah versi virtual bisa dianggap sebagai ibadah haji atau umrah atau tidak.
Menanggapi hal ini pihak MUI (Majelis Ulama Indonesia) bidang Fatwa menyatakan tidak termasuk dalam praktik ibadah umrah atau haji. Penjelasan ini didukung dengan syarat ibadah keduanya yang harus menghadirkan fisik di tempat (Makkah).
Walaupun telah menggunakan teknologi VR untuk Ka'bah yang cukup canggih hingga bisa menghadirkan visualisasi utuh, nyatanya proses kunjungan ini tidak bisa dikategorikan sebagai ibadah haji atau umrah walaupun dilakukan dengan saksama.
Sebagai contohnya seperti prosesi tawaf yang harus melibatkan fisik supaya prosesi ibadahnya sah. Hal ini yang selanjutnya dijadikan pertimbangan utama bahwa mengunjungi hingga menjalankan syariat ibadah dalam lingkup Ka’bah Metaverse tidak sah sebagai ibadah umrah atau haji.
Terlepas dari pro dan kontranya, kehadiran Ka’bah di Metaverse memang bisa menjadi jejak digital tersendiri dan bisa dikunjungi oleh siapa saja. Bahkan dengan memanfaatkan teknologi VR untuk Ka'bah nantinya bisa dimanfaatkan untuk latihan manasik haji sesuai dengan prosedur yang ada.