Pada masa pandemi, dunia properti sulit berkembang. Hanya saja dari kejadian ini, ada inovasi yang muncul. Hal ini berhubungan dengan penggunaan teknologi VR demi mendukung survei properti. Ingin tahu asal mulai aplikasi survei properti menggunakan VR dalam dunia properti? Mari bahas bersama dalam artikel ini!
Pada saat pandemi, proses penjualan, desain, dan survei berhenti. Pembuat desain properti tidak dapat melakukan survei tempat untuk penyesuaian desain. Sedangkan penjual tidak dapat menunjukan situasi properti secara langsung karena pembatasan bepergian. Karena tidak bisa lihat situasi dengan survei langsung, calon pembeli pun ragu dan akhirnya tidak jadi beli properti selama pandemi.
Masalah seperti ini menyebabkan penurunan drastis pada penjualan. Di sisi lain, pembeli banyak yang beralih ke cara lain untuk cari properti. Kebanyakan ada yang pakai portal online untuk tetap up-to-date seputar pasar properti walaupun takut beli.
Mengetahui hal ini, banyak pelaku bisnis properti berusaha cari ide integrasi baru. Dari hasil penelitian Rumah.com Consumer Sentiment Study H1-2020, didapatkan data bahwa 77% responden memilih portal online untuk mengurus persoalan properti.
Dari jumlah 77% ini, range konsumennya adalah milenial. Karena milenial dekat dengan teknologi, para pelaku bisnis properti berusaha integrasi teknologi yang inovatif. Contohnya adalah pembuatan materi video untuk survei, membuat model 3D untuk memberi gambaran detail pada pembeli properti, dan bahkan memanfaatkan survei properti menggunakan VR.
VR menjadi pilihan favorit pada akhirnya. Selain dapat melihat model 3D properti secara lebih dekat, sistemnya dapat dihubungkan dengan kamera di lokasi properti. Hal ini memastikan proses survei tetap bisa dilakukan dengan mudah dan detail tanpa harus keluar rumah.
VR dalam dunia properti cukup fleksibel digunakan. Namun, aplikasinya yang paling murah adalah untuk survei. Melakukan survei properti menggunakan VR akan mengurangi kebutuhan pergi keluar rumah. Bayangkan bisa melihat situasi rumah dalam dunia digital hanya dengan mengenakan headset VR.
Pengembangan metode VR sendiri muncul saat pandemi di mana banyak orang tidak bisa lakukan survei langsung. Untungnya dengan datang ke kantor penjual properti, calon pembeli dapat meminjam alat VR untuk lakukan survei. Jadi Anda sama sekali tidak perlu keluar biaya banyak dan keluar rumah untuk melihat kondisi properti yang akan dibeli.
Survei properti menggunakan VR makin populer karena punya banyak kelebihan. Ingin tahu apa saja kelebihan tersebut? Berikut adalah bahasannya:
Para arsitek pasti butuh informasi seputar area tempat properti akan dibangun. Untuk keperluan survei medan, Mereka bisa gunakan VR tanpa harus keluar rumah. Informasi lokasi dapat diperoleh dari data dan simulasi VR tersebut. Semakin bagus simulasinya, makin akurat juga data yang tersedia untuk keperluan buat desain properti.
Banyak orang saat pandemi takut keluar rumah. Namun mereka tetap harus survei jika ingin pastikan properti yang dibeli bagus. Menggunakan VR, proses survei dapat dilakukan secara digital. Calon pembeli tidak perlu keluar rumah dan mendapatkan tampilan properti sebagus kalau berkunjung langsung. Hal ini pasti menarik bagi calon pembeli.
Pemanfaatan survei properti menggunakan VR juga baik untuk keperluan bangun dan jual properti jarak jauh. Bayangkan saja arsitek harus bangun rumah di Pontianak. Padahal mereka mengerjakan desain di Jakarta. Karena pembatasan bepergian pandemi, mereka pasti tidak bisa survei langsung. Namun berkat VR, batasan jarak sudah tidak berpengaruh. Survei tetap dapat dilakukan dan design model 3D pasti akurat.
Untuk yang ingin beli, survei properti bahkan bisa capai luar negeri. Bayangkan beli properti di Filipina. Karena tidak bisa awasi secara langsung, penggunaan VR dan kamera di lokasi sudah membantu untuk melihat situasi dan survei.
Penjualan properti secara digital sering dipandang tidak aman. Namun berkat ada teknik VR untuk survei, pembelian digital tidak lagi hanya mengandalkan gambar. Jika bisa cek lewat simulasi VR, transparansi situasi properti pasti lebih jelas dan mudah menjual.
Lebih dari separuh pembeli rumah memulai penelusuran mereka secara online. Semakin banyak orang yang mencari rumah yang tidak terletak di dekat mereka. Pembeli pertama kali yang lebih mudah dan secara digital "asli" ini ingin mendapatkan gambaran yang sebenarnya tentang bagaimana sebenarnya tampilan dan nuansa rumah di luar foto biasa. Maka, tidak mengherankan untuk mengetahui bahwa dua hal yang menurut pembeli rumah modern paling mereka inginkan dari listingan adalah foto besar dan berkualitas tinggi dan Virtual Tur 3D
Dalam survei terbaru terhadap agen real estat, 80% mengatakan bahwa klien mereka lebih suka menghabiskan lebih sedikit waktu untuk mengatur rumah mereka. Hampir sebanyak (77%) mengatakan bahwa setelah pemotretan pementasan dan pemotretan berakhir, mereka melihat fitur penting dari rumah yang mereka lewatkan selama sesi. Dengan Matterport Virtual Tur 3D, agen dan penjual dapat membuat rumah selalu terbuka yang dipentaskan dengan sempurna 100% setiap saat. Ini dapat membantu mendorong minat yang lebih besar pada sebuah properti dan prospek yang lebih memenuhi syarat yang datang ke open house berikutnya.
Penggunaan VR memang bagus untuk survei, namun tantangan aplikasi hal ini masih besar. Penggunaan di Indonesia contohnya masih penuh masalah. Mari bahas berbagai masalah tersebut dibawah ini:
VR terhitung mahal. Dibandingkan laptop maupun smartphone premium, VR masih terlalu tinggi harganya. Apalagi VR tidak bisa berfungsi sendiri. Anda harus memiliki komputer dan program untuk simulasi ke VR. Karena tantangan ini, masih sedikit perusahaan properti memanfaatkan fungsi VR secara maksimal di Indonesia.
Konsep VR masih baru di industri properti, karena itu masih sedikit orang mengerti soal aplikasi alatnya. Setting alat VR tidak semudah yang Anda bayangkan. Apalagi untuk kebutuhan simulasi detail untuk survei. Setting ini meliputi kualitas resolusi display, bentuk tampilan, space tempat penggunaan VR dan juga setting komputer pendukung VR-nya. Semua ini rumit dan lama proses mempelajarinya.
Untuk keperluan survei properti menggunakan VR, aplikasinya masih basic di Indonesia. Kebanyakan hanya mengandalkan grafis sederhana. Padahal jika menggunakan spek PC tinggi dan memaksimalkan potensi rendering, Anda akan dapatkan tampilan realistis soal model 3D properti.
Contoh saja soal penggunaan engine yang bagus untuk simulasi. Anda bisa lihat bahwa Unreal Engine 5 dapat menunjukan tampilan yang realistis. Video simulasi Titanic ini adalah contohnya. Bayangkan tingkat realistis ini untuk keperluan survei VR properti, pasti hasilnya jauh lebih detail. Sayangnya, di Indonesia belum ada perusahaan properti dapat gunakan tool advance ini.
Di sisi akademis, VR juga tidak diajarkan penggunaanya. Banyak jurusan arsitek perguruan tinggi masih sebatas ajarkan desain menggunakan 3D model. Padahal teknologi desain properti makin maju. Dapat disimpulkan, penggunaan VR masih dianggap tidak penting. Karena tidak diajarkan dari sisi akademis, aplikasi VR juga lambat menyebar di industri properti Indonesia.
Walaupun masih penuh tantangan dari segi aplikasi di Indonesia, potensi survei properti menggunakan VR tetap besar. Kedepannya, teknologi VR pasti lebih murah. Perusahaan besar seperti Valve, HTC, Metaverse, dan Oculus selalu bersaing dan berusaha ciptakan VR yang dapat digunakan masyarakat mainstream. Hal ini akan buat VR makin murah dan mudah digunakan.
Bisa dibayangkan VR nantinya sama populernya dengan smartphone. Mari tunggu saja perkembangan VR ini demi akses lebih mudah untuk kebutuhan properti di Indonesia.