Teknologi menghasilkan begitu banyak temuan baru yang mampu merubah cara hidup dan cara memandang hidup manusia. Beberapa di antaranya menghasilkan terobosan-terobosan yang sebelumnya seakan tidak pernah terpikirkan atau dianggap mustahil. Seperti praktik menggunakan contoh Virtual Reality makanan sebagai cara mendapatkan pengalaman menikmati makanan tersebut.
Teknologi VR memungkinkan penggunanya untuk mendapatkan pengalaman yang realistis atau nyaris serupa dengan aslinya berkat format visual yang menyerupai perspektif pandangan mata. Perpaduan dengan teknologi audio yang natural dan realistis memungkinkan Virtual Reality memberikan pengalaman yang benar-benar menyerupai kenyataan.
Teknologi Virtual Reality merupakan teknologi yang dikembangkan untuk memberikan simulasi pengalaman yang mendekati nyata bagi penggunanya. Penggunaan umum teknologi ini sekarang melibatkan perangkat berupa headset Virtual Reality yang berfungsi melakukan proyeksi lingkungan secara visual dan juga audio.
Virtual Reality saat ini umumnya dikembangkan dan digunakan untuk tujuan memberikan hiburan. Beberapa contoh virtual reality adalah penggunaannya untuk menonton film ataupun bermain game. Teknologi ini juga semakin banyak dipakai untuk tujuan pendidikan, terutama sebagai bagian dari persiapan pelatihan-pelatihan yang membutuhkan perangkat mahal atau biaya yang besar.
Perkembangan teknologi ini bahkan memungkinkan penggunanya untuk melakukan penjelajahan hingga interaksi di dunia virtual yang dilihat atau dirasakan oleh indera. Keterlibatan teknologi lain yang berperan sebagai sensor memungkinkan Virtual Reality semakin terasa nyata bagi penggunanya.
Teknologi VR mulai populer sejak tahun 2016 ketika banyak digunakan untuk tujuan hiburan. Ada banyak permainan yang dikembangkan dengan format visual memakai teknologi Virtual Reality. Kemudian format perekaman audio visual untuk tujuan menghasilkan produk yang diputar pada perangkat VR juga dikembangkan dan semakin umum dipakai.
Ada beberapa contoh Virtual Reality yang cukup lazim. Salah satunya adalah format VR yang diaplikasikan pada perangkat smartphone dengan bantuan frame headset yang digunakan untuk meletakkan perangkat smartphone yang akan digunakan sebagai sumber untuk mendapatkan gambar dan suara. Hal ini memungkinkan pengalaman dengan format VR menjadi lebih fleksibel untuk diakses atau dinikmati oleh khalayak.
Akan tetapi teknologi ini terus berkembang dan bahkan menjangkau area atau tema di luar pengalaman audio visual saja. Bagaimana hal tersebut bisa terjadi? Lalu bagaimana VR dipakai di area yang tidak hanya melibatkan ranah audio visual yang realistis?
Salah satu bidang yang ternyata bisa juga melibatkan teknologi Virtual Reality adalah bidang kuliner. Hal ini mungkin terkesan aneh atau bahkan absurd, karena bidang kuliner ini juga melibatkan indera pengecap yang berfungsi untuk mendeteksi rasa dan tidak hanya unsur citra dan suara.
Akan tetapi terobosan ini ternyata sudah dilakukan dan akan segera diuji coba oleh Samsung. Produsen smartphone asal Korea tersebut menyebut sedang mengembangkan teknologi untuk memberikan pengalaman kuliner dengan memakai Virtual Reality.
Samsung dikabarkan sedang melakukan pengembangan teknologi yang memungkinkan pengguna makan di restoran virtual. Teknologi virtual reality contoh makanan dan merasakan proses memakannya ini bisa menjadi sebuah pengalaman baru yang menarik untuk dicoba.
Pengguna bahkan bisa mengganti menu ataupun mengganti lokasi makan sesuka hati, dari makan di restoran besar hingga jajanan kaki lima. Akan tetapi bagaimana konsep ini diimplementasikan dan seperti apakah pengalaman makan secara virtual ini masih belum benar-benar terjawab.
Pihak Samsung dikabarkan sedang melakukan uji coba dan melakukan kerjasama dengan Sublimotion. Perusahaan ini merupakan perusahaan yang bergerak di bidang astronomi atau tata boga. Uji coba yang dilakukan Samsung bersama dengan Sublimotion tersebut disebutkan akan mengambil tempat di Hard Rock Hotel Ibiza, Spanyol.
Salah satu aspek yang dibicarakan oleh pihak Samsung terkait pengembangan VR di dunia kuliner ini adalah melakukan integrasi dari 5 indera yang dimiliki oleh manusia. Selain itu juga dikembangkan mekanisme penggunaan Virtual Reality bidang kuliner ini tanpa harus melakukan unduhan.
Samsung menjanjikan teknologi yang berbeda dengan dukungan fasilitas streaming video 3D atau 360 derajat. Untuk mendapatkan performa tersebut Samsung menyebut adanya fitur unggulan dalam peramban berupa Gaze Mode. Fitur ini memungkinkan pengguna untuk melakukan pengelolaan atau memilih menu hanya dengan menggunakan gerakan mata atau dengan menatap layar.
Sebenarnya penelitian dan eksperimen tentang bagaimana cara menghubungkan teknologi Virtual Reality dengan dunia kuliner ini sudah dilakukan oleh kelompok peneliti di Cornell University. Peneliti dari perguruan tinggi di Amerika Serikat ini berusaha mencari jawaban tentang hubungan kenikmatan makanan dengan aspek panca indera lain, selain indera pengecap rasa.
Penelitian virtual reality kuliner tersebut berjudul “Dynamic Context Sensory Testing – A Proof of Concept Study Bringing Virtual Reality to the Sensory Booth”. Premis dasar dari penelitian tersebut adalah kenikmatan makanan tidak hanya diperoleh atau dipengaruhi dari rasanya, akan tetapi juga mendapatkan pengaruh dari suasana ketika makanan tersebut dimakan.
Salah satu bagian utama dari penelitian ini adalah penilaian tentang kualitas makanan yang tidak hanya mengenai rasa serta aroma. Robin Dando yang menjabat Associate Professor di bidang Food Science mengatakan bahwa kenikmatan makanan juga dipengaruhi oleh faktor visual yang ditangkap oleh mata, audio oleh telinga, dan bahkan faktor kenangan dari tempat atau elemen lingkungan yang dirasakan.
Sciencedaily melaporkan bahwa eksperimen ini melibatkan 50 orang partisipan yang melakukan praktek makan sambil memakai perangkat VR. Kemudian mereka diminta makan 3 potong keju sambil menyaksikan beragam tampilan dari VR yang membuat mereka merasa sedang duduk di taman hingga berada di kandang sapi.
Kemudian para partisipan diminta mendeskripsikan rasa ketiga potong keju tersebut. Mayoritas dari partisipan mengatakan bahwa keju yang paling enak dirasakan ketika melihat pemandangan taman yang sejuk dan nyaman. Padahal ketiga potong keju yang diberikan tersebut merupakan keju yang sama jenis, rasa, serta mereknya.
Berdasarkan eksperimen sederhana ini maka bisa disimpulkan bahwa sistem sensor indera manusia bisa mempengaruhi persepsi atas rasa makanan yang dirasakan oleh lidah. Skema tentang persepsi rasa makanan oleh lidah ini lebih sering dianggap bekerja secara independen dan tidak dipengaruhi oleh faktor indera yang lain. Akan tetapi eksperimen sederhana tersebut menunjukkan adanya kaitan tangkapan indera selain rasa yang mempengaruhi kenikmatan sebuah makanan.
Faktor inilah yang kemungkinan besar akan menjadi bagian dari jembatan membawa teknologi Virtual Reality ke ranah kuliner. Bagaimana tangkapan indera ketika memasuki sebuah tempat untuk menikmati makanan kemudian diolah untuk memberikan pengalaman makan virtual yang realistis karena memberi sensasi nikmat ketika sedang makan makanan secara virtual.
Contoh virtual reality dengan mengkonsumsi makanan ini bisa menjadi sebuah pengalaman unik bagi penggunanya. Bagaimana kemudian teknologi VR ini bisa dibawa menyeberang ke ranah indera pengecap atau perasa patut ditunggu bersama.